SOTO BETAWI
Soto Betawi merupakan soto yang populer di daerah Jakarta. Seperti halnya soto Madura dan soto sulung, soto Betawi juga menggunakan jerohan. Selain jerohan, seringkali organ-organ lain juga disertakan, seperti mata, penis, dan juga hati.
Sejarah
Versi A
Istilah soto Betawi hadir dalam kuliner masakan Indonesia sekitar tahun 1977-1978, namun bukan bearti tidak ada soto sebelum tahun tersebut. Yang memopulerkan dan yang pertama memakai kata soto Betawi adalah penjual soto di THR Lokasari / Prinsen Park, tentunya dengan ciri khas cita rasa sendiri.
Banyak penjual soto pada masa tahun-tahun tersebut, biasanya menyebut dengan soto kaki Pak "X" atau sebutan lainnya. Istilah soto Betawi mulai menyebar menjadi istilah umum ketika penjual soto tersebut tutup sekitar tahun 1991.
Versi B
Soto Betawi Lokasari didirikan oleh Li Boen Po, berdiri sejak 1971. Beliaulah pencipta PERTAMA kata Soto Betawi.
Berikut adalah sejarah lahirnya kata Soto Betawi tsb:
Orangtua saya berdagang dari tahun 1971, lokasi pertama berdagang adalah dijalan Buni daerah Tangki. Dengan menggunakan tenda kaki lima di depan rumah mertua. Pada waktu itu orang tua saya berdagang soto siang hari dan pada malam hari berdagang alat tulis buku di THR Lokasari (Toko Buku Masa Muda).
Sejalan dengan perkembangan waktu, dengan kemurahan rejeki dari Tuhan, Bapak saya mulai pindah berdagang soto di Lokasari (dahulu Princen Park).
Lokasi toko berada di sebelah gardu listrik, lokasinya berada di jalan antara bioskop Rukiah dan bioskop Tamansari.
Tak lama kemudian Bapak saya mulai menyewa lagi toko disebelah toko yang pertama (toko Muaci), utk memperluas daya tampung pembeli. Sejalan dengan waktu lama kelamaan harga sewa menjadi tidak reasonable.
Akhirnya Bpk mengakhiri penyewaan toko tsb, lalu membeli toko tepat disebrang dari toko yang pertama, letak toko yang baru dibeli itu bersebelahan dengan Foto Studio Supra dan Toko kaset Infonics, bekas Toko buku Mimosa.
Foto Studio Supra sangatlah terkenal pada waktu itu, banyak artis dan pejabat yang foto disana (Erni
Berikut adalah sejarah lahirnya kata Soto Betawi tsb:
Orangtua saya berdagang dari tahun 1971, lokasi pertama berdagang adalah dijalan Buni daerah Tangki. Dengan menggunakan tenda kaki lima di depan rumah mertua. Pada waktu itu orang tua saya berdagang soto siang hari dan pada malam hari berdagang alat tulis buku di THR Lokasari (Toko Buku Masa Muda).
Sejalan dengan perkembangan waktu, dengan kemurahan rejeki dari Tuhan, Bapak saya mulai pindah berdagang soto di Lokasari (dahulu Princen Park).
Lokasi toko berada di sebelah gardu listrik, lokasinya berada di jalan antara bioskop Rukiah dan bioskop Tamansari.
Tak lama kemudian Bapak saya mulai menyewa lagi toko disebelah toko yang pertama (toko Muaci), utk memperluas daya tampung pembeli. Sejalan dengan waktu lama kelamaan harga sewa menjadi tidak reasonable.
Akhirnya Bpk mengakhiri penyewaan toko tsb, lalu membeli toko tepat disebrang dari toko yang pertama, letak toko yang baru dibeli itu bersebelahan dengan Foto Studio Supra dan Toko kaset Infonics, bekas Toko buku Mimosa.
Foto Studio Supra sangatlah terkenal pada waktu itu, banyak artis dan pejabat yang foto disana (Erni
Johan, Titik Puspa, Idris Sardi dll)
Karena persaingan bisnis, pemilik toko yang pernah disewa, mengundang penjual soto lain utk berdagang. Mereka berdagang dengan niat menyaingi berdagang soto.
Mulai saat itulah (sekitar tahun 1978 ) Bpk saya (Li Boen Po) mulai berpikir utk memberi nama pada sotonya agar punya identitas yang khas.
Menurut Bpk saya, dia mengumpulkan nama soto, mulai dari soto kudus, soto madura dll, tapi utk soto jakarta belum ada, jadi akhirnya Bpk saya memberi nama soto buatannya soto Betawi (sejak itulah kata SOTO BETAWI pertama kali muncul dalam kuliner 1978). Pada jaman itu belum ada satu pun penjual soto yang memberi nama soto yang dijualnya dengan nama soto betawi, seorang bernama Li Boen Po lah yang menciptakannya.
Maaf bukan maksud saya mengatakan tidak ada soto pada tahun 1978, tapi utk kata SOTO BETAWI, Bpk sayalah yang pertama menciptakannya.
Pada masa itu, soto sapi dijual dengan sebutan SOTO KAKI / SOTO SAPI BANG ..... dst.
Saya teringat waktu itu merk dibuat di jalan pangeran Jayakarta, dengan dibonceng naik sepeda sepulang sekolah di SD Suci Hati Pinangsia (kelas 3/4 SD) saya dan Bapak saya menyusuri daerah bociang (pangeran jayakarta) yg pada saat itu memang cukup banyak yg membuat reklame, pada saat itu reklame masih menggunakan acrylic putih susu yang dipotong, tidak spt sekarang yang banyak memakai stiker tempel.
Karena persaingan bisnis, pemilik toko yang pernah disewa, mengundang penjual soto lain utk berdagang. Mereka berdagang dengan niat menyaingi berdagang soto.
Mulai saat itulah (sekitar tahun 1978 ) Bpk saya (Li Boen Po) mulai berpikir utk memberi nama pada sotonya agar punya identitas yang khas.
Menurut Bpk saya, dia mengumpulkan nama soto, mulai dari soto kudus, soto madura dll, tapi utk soto jakarta belum ada, jadi akhirnya Bpk saya memberi nama soto buatannya soto Betawi (sejak itulah kata SOTO BETAWI pertama kali muncul dalam kuliner 1978). Pada jaman itu belum ada satu pun penjual soto yang memberi nama soto yang dijualnya dengan nama soto betawi, seorang bernama Li Boen Po lah yang menciptakannya.
Maaf bukan maksud saya mengatakan tidak ada soto pada tahun 1978, tapi utk kata SOTO BETAWI, Bpk sayalah yang pertama menciptakannya.
Pada masa itu, soto sapi dijual dengan sebutan SOTO KAKI / SOTO SAPI BANG ..... dst.
Saya teringat waktu itu merk dibuat di jalan pangeran Jayakarta, dengan dibonceng naik sepeda sepulang sekolah di SD Suci Hati Pinangsia (kelas 3/4 SD) saya dan Bapak saya menyusuri daerah bociang (pangeran jayakarta) yg pada saat itu memang cukup banyak yg membuat reklame, pada saat itu reklame masih menggunakan acrylic putih susu yang dipotong, tidak spt sekarang yang banyak memakai stiker tempel.
Resep Soto Betawi
Soto Betawi khas dari betawi, sedap dan lezat....segar. Lebih enak Soto Betaawi disajikan dengan Sambal soto.
Bahan:
- 250 gram daging sapi
- 150 gram paru
- 150 gram usus
- 150 gram babat
- 500 cc santan kental
- 1500 cc air
- 3 sdm minyak sayur
- 2 buah tomat, diiris tipis
- 1 batang daun bawang, diiris halus
- 1 batang daun seledri diiris halus
- bawang goreng
- emping goreng
Bumbu yang dihaluskan:
- 3 buah cabai merah
- 10 buah bawang merah
- 7 siung bawang putih
- 1 sdt merica
- 2 cm jahe, diiris halus
- 4 lembar daun salam
- 2 batang serai, dimemarkan
- 1 sdt cengkeh bubuk
Cara Membuat:
- Rebus daging sapi di dalam panci yang sudah diisi 1500 cc air dengan api sedang. Masukkan 1 sdm garam. Masak sampai daging menjadi empuk.
- Setelah empuk, angkat daging lalu dipotong kotak-kotak, kurang lebih 2 x 2 cm. Kemudian, masukkan kembali ke dalam panci.
- Siapkan panci baru, isi dengan air secukupnya. Rebus paru, usus dan babat sampai empuk. Setelah empuk, buang airnya. Potong paru, usus, babat seperti daging sapi atau sesuka hati.
- Tumis semua bumbu yang dihaluskan dengan 3 sdm minyak sayur yang sudah dipanaskan terlebih dahulu sampai harum. Masukan bumbu ini ke dalam air rebusan daging. Masukkan potongan babat, paru dan usus ke dalam rebusan daging, kemudian tuang santan ke dalamnya. Rebus sampai mendidih.
- Tempatkan soto yang sudah mendidih ke dalam mangkok, beri irisan tomat, daun bawang, seledri dan bawang goreng. Hidangkan dengan emping goreng, sambal, dan acar dalam tempat terpisah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar